Mengenal apa itu Stone Man Syndrome atau Manusia Batu

Stone Man Syndrome

Sama seperti teknologi, dunia medis juga mengalami perkembangan. Bukan hanya dari semakin canggihnya peralatan medis yang digunakan untuk pengobatan, jenis penyakit yang muncul pun semakin bervariasi. Beberapa di antaranya digolongkan dalam kategori penyakit langka yang belum ditemukan bagaimana cara pengobatannya. Salah satunya adalah Fibrodysplasia Ossificians Progressiva (FOP) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Stone Man Syndrome atau Sindrom Manusia Batu.

Kebanyakan orang, jika terjatuh dan mengalami cedera ringan berupa luka kecil yang hanya menimbulkan sedikit rasa nyeri bukan menjadi hal yang perlu dikhawatirkan. Namun, tidak dengan pengidap Stone Man Syndrome. Pasalnya, cedera akan memengaruhi perkembangan mereka, bahkan dalam kondisi yang ringan sekali pun. Stone Man Syndrome menjadi salah satu penyakit langka yang mengubah jaringan ikat seperti tendon, otot, dan ligamen pada tubuh menjadi tulang secara perlahan. Penyakit ini menyerang satu dari populasi dua juta orang, membuat tekstur kulit mereka berubah seperti batu.

Kerangka manusia memiliki fungsi untuk membentuk tubuh, mendukung gerakan, dan melindungi berbagai organ vital. Pertumbuhan tulang akan terus terjadi hingga seseorang mencapai usia dewasa. Namun, pada pengidap Stone Man Syndrome pertumbuhan tulang tidak berhenti meski telah mencapai usia dewasa. Bahkan, pertumbuhan ini cenderung tidak normal karena menciptakan kerangka kedua yang tumbuh di atas jaringan ikat dan menjadi permanen.

Pengidap Stone Man Syndrome lahir dengan malformasi khas dari jari-jari kaki yang besar dengan bentuk yang bengkok dan pendek. Meski begitu, ciri-ciri fisik Stone Man Syndrome tidak terlihat saat usia anak-anak. Selanjutnya, akan terjadi peradangan dam pembengkakan beberapa jaringan lunak pada tubuh. Pembengkakan ini akan terasa sangat menyakitkan akibat dari proses perubahan jaringan lunak menjadi tulang. Umumnya, indikasi pertama penyakit ini akan muncul di bagian belakang kepala, leher, dan bahu. Menyusul kemudian bagian dada, pinggul, lutut, meski begitu, ada beberapa jaringan yang tidak berubah, seperti otot jantung, otot polos, lidah, dan diafragma.

Penyakit Stone Man Syndrome menyebabkan dampak yang begitu besar pada kehidupan para pengidapnya. Penyakit ini membuat para pengidapnya menjadi kesulitan untuk bergerak, terjadinya kekakuan sendi, bahkan membuat mereka sulit makan dan bernafas. Pengidap perlu beradaptasi ke gaya hidup khusus agar tidak membuat perkembangan tulang semakin cepat. Salah satunya adalah dengan menghindari cedera. Artinya, para pengidap tidak dapat berolahraga atau melakukan kegiatan yang menyebabkan luka.

Dari seluruh dunia, pengidap penyakit Stone Man Syndrome hanya berjumlah 800 orang. Inilah yang membuat para ahli kesehatan dan peneliti kesulitan untuk melakukan riset untuk menemukan obat dari penyakit ini. Hingga kini, perawatan utama yang diberikan untuk para pengidap adalah pemberian corticoids dengan dosis tinggi untuk mengurangi peradangan dan pembengkakan jaringan. Beberapa dokter juga merekomendasikan obat-obatan lain seperti obat untuk relaksasi otot. Meski begitu, semua obat ini tidak mampu menghentikan penyakit ini dan hanya membantu mengurangi gejalanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *